Surabaya – Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memiliki industri cangkang kapsul berbahan rumput laut. Dalam sehari industri tersebut memproduksi tiga juta cangkang kapsul.

Penggunaan cangkang kapsul untuk obat-obatan masih dibutuhkan hingga kini. Namun, Indonesia masih mengimpor cangkang kapsul karena produksi dalam negeri kurang.

Dari datanya, dalam setahun Indonesia membutuhkan 6 miliar cangkang kapsul. Sementara itu, sebanyak 1 miliar diantaranya masih impor.

Melihat hal ini, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengembangkan produksi cangkang kapsul berbahan rumput laut. Selain memanfaatkan produksi rumput laut Indonesia yang cukup besar, cangkang kapsul ini juga diklaim 100% halal karena menggunakan bahan nabati.

Dirjen Agro Industri Kementerian Pertanian Abdul Rochim mengatakan penggunaan rumput laut sebagai bahan baku utama turut menunjang perekonomian di pesisir.

“Pengembangan ekonomi pesisir dengan rumput laut, kita memiliki pantai terpanjang kemudian iklim sangat mendukung rumput laut di Indonesia, kita punya potensi besar meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,” kata Abdul sata peresmian Industri Cangkang Kapsul Berbasis Rumput Laut di Unair Surabaya, Kamis (1/8/2019).

“Produksi rumput laut Indonesia terbesar di dunia, peran kontribusi dalam produk jadi masih harus ditingkatkan. Bantuan mesin ini yang menjadi wadah pengembangan potensi cangkang rumput laut,” imbuh Abdul.

Sementara itu, Rektor Unair Prof M Nasih mengatakan harga cangkang kapsul rumput laut yang dikembangkannya ini bersaing dengan yang di pasaran. Nasih juga menambahkan penggunaan rumput laut lebih halal.

“Keistimewaan utamanya sementara dari harga saya pikir kurang lebih sama. Bahkan kita di antara Rp30, yang dari gelatin juga Rp30. Ini bisa menjadi pilihan alternatif sehingga akan mengurangi impor dan ketergantungan kita kepada luar negeri,” papar Nasih.

Melalui inovasi ini, Nasih menyebut anak bangsa bisa melakukan hal-hal istimewa jika diberikan kepercayaan dan sedikit modal. Hal ini penting dalam mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor.

“Intinya kita itu kalau dipercaya, diberikan otonomi dan kemudian diberikan sedikit saja modal, kita bisa. Jangan langsung impor lah kita bisa bikin ini itu asalkan dipercaya dan diberikan otonomi dan diberikan modal sedikit,” tegas Nasih.

Sementara itu, industri cangkang kapsul ini bisa memproduksi 3 juta cangkang dalam sehari. Nasih menambahkan dalam membangun industri ini, pihaknya memanfaatkan uang hibah sebesar Rp 5 Miliar.

“Kapasitas produksinya 3,6 juta. Ini Rp 5 Miliar aja bisa kayak gini. Jadi sebenarnya sangat murah untuk menambah kapasitasnya tetapi karena ini kira-kira dicoba, Unair bisa atau tidak bikin ini itu dan ternyata alhamdulillah kita bisa,” pungkas Nasih.
(sun/fat)

Sumber Berita: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4648391/melihat-industri-cangkang-kapsul-dari-rumput-laut-milik-unair