Peran Universitas Airlangga melalui Airlangga Startup and Innovation (ATAVI) dari BPBRIN melakukan sosialisasi dalam mendukung proses ekspansi bisnis rintisan mahasiswa dan cara membangun Start-Up. Acara tersebut diselenggarakan di dua tempat dan dua hari untuk hari pertama yaitu dimulai tanggal 19 Maret 2024 yang bertempat di Co Working Space Gedung Inkubator Bisnis lantai 2, Kampus B jalan Dharmawangsa No.33, dan untuk har keduanya bertempat di Ruang 300, Gedung Kahuripan lantai 3, Kampus C UNAIR. Tak hanya melakukan sosialisasi saja, tim Inkubator juga turut membuka program inkubasi bisnis yang akan ditutup pendaftarannya pada tanggal 31 Juli mendatang.
“Bisnis ini ibarat bayi jadi perlu diinkubasi agar bertumbuh kembang baik sebagaimana mestinya dan jangan takut untuk berbisnis. Ingat bisnis yang baik adalah bisnis yang bisa berjalan dan turut menyelesaikan permasalahan di masyarakat bukan hanya mengejar profit,” ujar Dr Achsania Hendratmi SE MSi selaku manager ATAVI, saat menjelaskan program inkubasi bisnis dari Inkubator UNAIR.
Inkubator UNAIR sendiri menyediakan berbagai program pengembangan bisnis untuk beberapa tenant yang dinaungi. Selain coaching, penyediaan kantor perusahaan sampai dengan pencarian investor (business matching) turut difasilitasi oleh mereka.
Sharing Session CEO Inkubasi Bisnis UNAIR
Tak hanya sekadar sosialisi Start-Up tim Inkubator juga turut mendatangkan CEO asal UNAIR yang turut masuk dalam salah satu tenant inkubasi. Mereka ialah Rama Arge Frismana CEO dari PT Vettalk Indonesia Group (VetTalk), Sely Novita CEO dari PT Wifery Sejahtera Indonesia (Teman Menyusui) yang mengisi acara pada hari pertama serta Dillon Arie Lesmana CEO dari PT Sae Kultura Indonesia (Jayanira) dan Ilham Ahmad Kamil CEO dari PT Hidata Teknologi Digital (HiData) yang mengisi pada hari kedua.
“Tidak bisa bisnis itu hanya bisnis aja tapi entitasnya juga harus bisa dipertanggungjawabkan. Teman-teman harus bersyukur sekarang ada bantuan dari inkubator, yang awalnya hanya sekedar usaha yang omsetnya hanya cukup untuk makan sekarang cukup untuk kebutuhan,” ujar Drh Rama.
Dalam menciptakan suatu bisnis perlu adanya observasi untuk penetapan target pasar. Artinya produk yang akan dikembangkan harus mampu menyelesaikan permasalahan di masyarakat.
“Jika kita benar-benar ingin melakukan sesuatu, kita akan menemukan jalan. Jika tidak, kita hanya akan menemukan alasan,” pungkas Sely Novita.
Berbagai permasalahan itulah yang kemudian timbul menjadi suatu ide bisnis yang dapat menjadi potensi pasar yang besar.
“Dulunya saya merupakan karyawan swasta setelah menimbang keahlian di bidang roasting kopi dan banyaknya kebutuhan masyarakat akan kopi akhirnya mulai bisnis usaha di bidang kedai kopi yang awalnya sebelum masuk ke inkubator, setelahnya diadakan bantuan terkait transformasi bisnis bahkan hingga ke legalitas usaha”, ujar Dillon
Setelahnya pembuatan bisnis plan yang jelas untuk memaksimalkan tahap pitching atau presentasi bisnis untuk kerja sama atau pencarian investor.
“Bersyukurnya kami dapat beberapa fasilitas terkait ruang kantor yang bertempat di Gedung Inkubator hingga diadakan beberapa event yang terkait menemukan para investor hingga dana hibah kami dapat berkembang lebih baik lagi”, ungkap Ilham.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!